Saturday 1 August 2015

Date at the Museums

Masih ingat film Night at the Museum yang dibintangi oleh Ben Stiller dan almarhum Robin Williams? Walaupun belum pernah nonton, tapi dari judulnya saja sudah bisa ditebak bahwa setting dari cerita film tersebut adalah di museum.

Apa sih yang ada di pikiran kita jika mendengar kata museum? Fosil-fosil binatang purba, manuskrip berwarna coklat dari jaman penjajahan, manekin peraga yang kelihatan seram dan sepertinya benar-benar hidup saat tidak ada orang yang melihat? Menurut KBBI, museum adalah 'gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yg patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno'. Jadi memang penampakannya kurang lebih akan sama seperti yang saya sebutkan tadi, hehe.

Karena fungsinya memang untuk mengenang hal-hal dari masa yang sudah lalu, maka wajar jika mengunjungi museum dianggap tidak kekinian. Dan tidak heran pula, sedikit sekali anak muda yang sumringah untuk diajak mengunjungi museum. Pusat perbelanjaan atau tempat-tempat makan lebih menjadi pilihan dalam menghabiskan waktu luang.

Saya juga pernah menjadi bagian dari populasi itu. Saya hanya mengunjungi museum kalau ada karya wisata dari sekolah, atau kalau ada sepupu-sepupu yang lagi main ke Bandung dan minta diantar ke Museum Geologi. Dan sepengamatan saya, ya memang museum-museum tersebut pengunjungnya adalah keluarga dan anak-anak mereka yang berusia kurang dari 16 tahun.

Satu event yang saya datangi bulan Juni lalu membuka pikiran saya akan suatu kegiatan lain yang mungkin bisa dilakukan di museum: pacaran. Iya, date at the museum!

Jadi ceritanya, Juni lalu saya diajak oleh Robyn dan Bu Glori untuk pergi ke acara Lates-nya Science Museum, London. Setiap hari Rabu terakhir di setiap bulan, Science Museum akan buka sampai pukul 10 malam, namun yang boleh masuk hanyalah orang dewasa berusia lebih dari 18 tahun. Acaranya menarik sekali! Intinya tetap memperkenalkan sains, namun kepada adult audience, dengan materi dan pendekatan yang dikemas khusus untuk orang dewasa.

Stand pertama yang saya kunjungi adalah 'DNA isolation'. Prinsipnya sederhana sekali: apusan sel mukosa dari rongga mulut (hasil kumur-kumur semenit pakai NaCl) diekstraksi dengan alkohol agar protein (dan DNA penyusunnya) terperangkap di fase alkohol tersebut. Stand kedua adalah 'build your own DNA' dimana kita bisa membuat model struktur DNA menggunakan jelly, permen, dan marshmallow! Jelly dipakai sebagai model rantai DNA, dan marshmallow aneka warna dipakai sebagai model empat basa penyusun DNA. Jadi waktu menyusun si marshmallow, nggak boleh asal. Harus ingat, adenin itu berpasangannya sama timin, sementara guanin pasangannya adalah sitosin. Setelah selesai, semua marshmallow dan jelly-nya boleh dimakan. Enak kan?
Build your own DNA
Model DNA buatan saya! (Photo: T. Robyn)

Stand menarik lain yang saya kunjungi adalah stand-nya Diamond Research Group, University of Warwick. Kalau selama ini kita (atau saya lebih tepatnya, heu) hanya mengenal diamond alias berlian sebagai molekul paling kuat, ternyata berlian juga mempunyai fitur lain yang super keren! Salah satunya, sebagai molekul dengan konduktivitas termal paling tinggi. And I proved it! Saya bisa melelehkan sebuah bongkahan besar es batu hanya dengan gesekan lembut dari seserpih berlian. Amazing! Berlian tersebut menghantarkan panas dari tubuh saya, sehingga es batunya bisa lumer dengan mudah.
Photo courtesy: http://www2.warwick.ac.uk
Acara lain yang menarik adalah suatu round table discussion yang dipandu oleh seorang moderator, dimana para pengunjung boleh berpartisipasi mengutarakan pendapat soal topik yang dibahas. Kalau nggak salah yang saya lihat kemarin sedang membahas tentang computer and culture.


Nah. Jadi, apa hubungannya sama date at the museum?

Sepenglihatan saya, yang datang ke acara tersebut adalah pasangan-pasangan muda gitu. Habis pulang kantor, janjian ketemu di museum. Terus mereka keliling-keliling ke tiap stand sambil gandengan (enggak, aku enggak iri kok) tangan, sekaligus sambil diskusi. Tangan lain memegang gelas minuman atau makanan ringan. Hampir sama kaya pacaran di mal gitu, tapi bedanya ini yang dilihat adalah stand-stand tentang sains dan hal-hal menarik lainnya, bukan toko baju. Kalau nguping-nguping diskusinya juga serius banget deh. Dan jangan salah, yang datang ini bukan golongan nerd dengan kacamata tebal dan baju ketinggalan jaman. Semuanya gaul dan gaya, khas anak muda London pada umumnya. Dan jangan salah, ada dance floor-nya juga buat mingle setelah lelah mengitar seisi museum!
Photo courtesy: http://blog.sciencemuseum.org.uk/insight/category/lates/


Menarik sekali bukan? Pertama-tama saya kagum dengan pihak pengelola museum yang mampu menjadikan museum suatu atraksi yang menarik, nggak membosankan, dan bisa dinikmati oleh semua golongan usia. Kedua, saya kagum sama masyarakat yang juga antusias dengan program-program seperti ini.

Saya langsung bertekad banget menggalakkan tipe pacaran pintar macam nge-date di museum gini di Indonesia. Kalau dipikir-pikir, di Indonesia juga banyak banget museum yang menarik buat dikunjungi. Nggak cuma dikunjungi, tapi juga ditelisik sejarah dan nilai-nilai lain di balik benda-benda yang dikoleksi. Dan betapa serunya kalau bisa mendiskusikan itu sambil pacaran. Menarik sekali kan, bisa mengakrabkan diri dengan calon pendamping hidup tapi sambil belajar sesuatu yang baru. Jadi sekali-kali obrolannya bukan cuma tentang gosip artis, gosip teman, atau KPR rumah. Dan tempat nge-date-nya bisa lebih bervariasi dari cuma bioskop atau tempat makan saja. Diskusinya jangan dibawa serius dan mengancam kehidupan asmara juga tapi, kan nggak lucu kalau marahan sama pacar gara-gara berbeda pendapat soal masa depan BPJS di Indonesia, misalnya. 

Butuh ide tentang museum-museum yang bisa dikunjungi? Untuk yang berdomisili di Jakarta bisa klik http://www.jakarta-tourism.go.id/taxonomy/term/18. Untuk Jawa Barat silakan ditilik website Dinas Pariwisata Jawa Barat di http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/cat-det.php?id=18&lang=id. Buat daerah-daerah lain, mesin pencari pasti siap memberikan jawaban untuk semua kebutuhan kita.

So, are you ready to date at the museums?

No comments:

Post a Comment